Setelah Namrudz dan
para pembantunya sepakat untuk membakar Ibrahim a.s., dia memerintahkan
untuk mengumpulkan kayu-kayu bakar dari gunung dengan diangkut oleh
bagal. Oleh karena itu, bagal diputuskan keturunannya oleh Allah. Mereka
tersu-menerus mengumpulkan kayu bakar hingga tiga bulan lamanya.
Setelah kayu bakar itu terkumpul dan ditumpukkan, mereka menyulutkan api
ke tumpukan kayu bakar itu. Asapnya mengepul ke atas yang hampir saja
membinasakan penduduk kota itu karena saking panasnya api dan kepulan
asap.
Dalam situasi tersebut, sebagian orang ada yang
bersembunyi ke liang-liang karena panasnya api. Api tersebut dinyalakan
di sebuah kampong yang bernama Ghauthah. Panasnya api itu sampai ke
Damaskus, Syam. Mereka bingung bagaimana cara melemparkan Ibrahim kea pi
tersebut karena saking panasnya. Tidak ada seorangpun yang maju untuk
melemparkan Ibrahim ke sana. Sehingga Iblis terlaknat datang dalam
bentuk seorang laki-laki. Dia berkata kepada mereka, “Aku akan membuat
manjanik (semacam alat pelempar) untuk dipakai kalian melempar Ibrahim.”
.
Iblis
sebelumnya telah melihat manjanik-manjanik neraka yang dipersiapkan
untuk melemparkan orang-orang kafir ke dalam lembah-lembah di neraka.
Stelah Iblis selesai membuat manjanik, Namrudz merasa senang. Lalu
mereka meletakkan Ibrahim di dalam sebuah tabut (peti) dan peti itu
diletakkan di dalam manjanik. Mereka bermaksud melemparkannya ke dalam
kobaran api.
.
Pada saat itu, malaikat yang ada di langit dan di
bumi gaduh. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami dan Jujungan kami,
hamba-Mu, Ibrahim, tidak menyembah kepada selain-Mu, mengapa dia
dilemparkan ke dalam api?” Allah mewahyukan kepada mereka, “Wahai para
malaikat-Ku, apabila dia (Ibrahim) meminta pertolongan dari kalian, maka
tolonglah dia!” maka malaikat Mikail a.s. datang kepada Ibrahim a.s.
dan berkata, “Hai Ibrahim, apabila engkau menginginkan agar akau
menurunkan hujan kepadamu dan memadamkan api ini tentu pada saat ini
juga aku melakukannya.” Ibrahim a.s. menjawab, “Aku tidak
membutuhkanmu.”
Kemudian Malaikat
Jibril a.s. datang dan berkata, “Wahai Ibrahim, apakah engkau perlu
bantuan?” Ibrahim menjawab, “Adapaun kepadamu, maka aku tidak
membutuhkannya. Cukuplah bagiku Dia mengetahui keadaanku.” Tiba-tiba
sebuah panggilan dari atas menyeru, “Wahai Jibril, kepakkanlah sayapmu
kepada api!” Atas seruan itu, Jibril mengepakkan sayapnya sehingga api
itu padam dan api itu telah dijadikan dingin dan tidak mencelakakan.
Dalilnya adalah firman Allah: Kami berfirman, “Hai api menjadi dinginlah
dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS 21: 69).
Dari sisi
Ibrahim, Allah mengalirkan air yang dingin, dari sisi api adapohon
delima, dan Ibrahim diberi ranjang (tempat tidur) dari surge yang di
atasnya ada hamparan dari sutra, mahkota dan perhiasan, yang keduanya
dipakai oleh Ibrahim. Dia duduk di atas ranjang dalam keadaan yang
paling nyaman semenjak dia dilemparkan ke dalam api.
Pada saat
itu, Namrudz yang dijauhkan dari rahmat Allah pergi ke suatu tempat yang
tinggi. Dia ingin melihat bagaimana jadinya Ibrahim. Tiba-tiba ada
percikan api mengenai baju Namrudz dan membakar ke semua bajunya kecuali
badannya. Dia tidak terbakar oleh api agar tahu bahwa api tidak akan
membahayakan siapapun kecuali dengan seizing Allah, tetapi semua itu
tidak dijadikan bahan pelajaran oleh Namrudz.
Pertanyaan: Mengapa Allah mencoba Ibrahim dengan api, dan sebelumnya belum pernah ada yang dicoba dengannya?
Jawab:
Sebab, Ibrahim takut terhadap api. Maka Allah memasukkannya ke dalam
api agar dia tahu bahwa api tidak akan membahayakan siapapun kecuali
dengan seizin Allah.
pada hari itu, banyak
sekali orang yang beriman karena mereka melihat mukjizat yang diberikan
kepada Ibrahim tersebut, yaitu tidak terbakar oleh api. Ketika Namrudz
melihat itu, dia berkata kepada Ibrahim a.s., “Pergilah engkau dari
tanah kami agar engkau tidak merusak agama kami.” Maka, Ibrahim pun
pergi dengan ditemani oleh Sarah. Di antara orang yang beriman kepadanya
dan menemaninya adalah anak saudaranya, yaitu Luth a.s. Ibrahim a.s.
pergi bersama mereka menuju tanah Hauran. Lalu Allah mewahyukan
kepadanya untuk menikahi Sarah. Atas perintah tersebut, Ibrahim menikah
dengan Sarah.
Kemudian Ibrahim a.s. berniaga sehingga dia
memiliki banyak harta. Dia membawa istrinya, Sarah, ke daerah Mesir.
As-Sadi menambahkan, Sarah adalah wanita jelta dengan postur tubuh
ideal. Di zamannya tidak ditemukan orang yang secantik dia. Ketika
Ibrahim dengan membawa Sarah memasuki Mesir, ada yang mengatakan
kepadanya, “Hai Ibrahim, di Mesir ada seorang raja yang kejam, yang
sangat menyukai wanita. Salah satu kebiasaannya adalah apabila dia
mendengar ada wanita cantik, maka dia akan menikahinya dengan paksa.”
Nama
raja tersebut adalah Raja Tutis. Salah satu kebiasaan raja-raja
terdahulunya adalah suka menetap di suatu kota yang bernama Manuf. Raja
tersebut memiliki para pengawal yang berjaga di jalan-jalan untuk
mengambil perbekalan orang-orang yang musafir. Pada waktu itu, Ibrahim
menempatkan istrinya, Sarah, dalam sebuah peti, dengan maksud untuk
menyembunyikannya dari sang raja. Ketika Ibrahim berada di hadapan para
penjaga, mereka bermaksud membuka petinya untuk melihat isinya. Ibrahim
tidak mampu mencegah mereka dari membuka peti itu. Mereka buka peti itu
dan ternyata di dalamnya ada Sarah.
Kemudian Sarah dibawa oleh
mereka kepada sang raja bersama dengan Ibrahim. Raja itu bertanya,
“Siapakah wanita ini, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, “Dia adalah
saudara perempuanku.” Maksud Ibrahim adalah saudaranya seagama. Raja
berkata, “Nikahkanlah dia denganku!” Ibrahim menjawab, “Dia telah
berkeluarga.” Mendengar jawaban itu, Sarah diambil raja secara paksa.
pada saat itu, Allah
menghilangkan hijab dari mata Ibrahim sehingga Sarah tidak pernah luput
dari penglihatannya agar hati Ibrahim akan tetap tenang ketika Sarah
kembali kepadanya. Setelah raja mendekati Sarah dan hendak merabanya
dengan tangannya, tangan itu jadi kaku. Raja pun bertobat sehingga
tangannya bisa digerakkan kembali. Kedua kalinya dia mengulangi tindakan
serupa, dan pada saat itu yang kaku adalah tangan dan kakinya. Kejadian
tersebut terus berulang. Menurut sebuah riwayat, raja itu mengulangi
kelakuan dan tobatnya hinga tujuh kali sampai dia bertobat yang
sebenarnya. Semua itu terlihat oleh Ibrahim. Allah telah menyingkap
hijab dari matanya. Setelah bertobat, raja itu memanggil Ibrahim,
menjamunya, memuliakannya, menyerahkan kembali istrinya serta memberinya
hadiah berupa s
eorang hamba sahaya yang bernama Hajar yang di kemudian
hari dinikahinya.
Selanjutnya, Ibrahim keluar dari Mesir menuju
Syam. Dia menetap bersama sebuah kaum yang menempati sebuah lembah yang
bernama Wadi Sab’I (Lembah Tujuh).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
Hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya'.
0 Comments